Pesawat
Sederhana
Jika bicara tetang pesawat, umumnya
kita akan berpikir tentang pesawat terbang, pesawat televisi atau pesawat
telepon. Ketiga alat tersebut adalah pesawat yang rumit. Dalam bab ini kita
akan mempelajari tentang pesawat sederhana.
Semua
pesawat baik yang sederhana ataupun yang rumit pada prinsipnya adalah alat
untuk melakukan usaha.
Pinset, gunting, pencabut paku,
gerobak dorong, katrol dan tangga rumah adalah contoh pesawat sederhana. Pada
bab ini kita akan mempelajari pesawat sederhana, yaitu; pengungkit, katrol,
bidang miring dan roda gigi (gir).
Pada
prinsipnya, pesawat adalah alat untuk memudahkan melakukan usaha, di mana
besarnya usaha yang dilakukan tetap.
Sebuah
pesawat bekerja dengan memanfaatkan Keuntungan Mekanik.
A. Tuas atau Pengungkit.
Perhatikan seorang tukang batu saat
akan memindahkan sebuah batu besar. Ia akan menggunakan linggis / tongkat dari
besi sebagai pengungkit. Ia letakkan tumpuan pada alat tersebut di antara batu
(beban) dan gaya kuasa.
1. Hasil kali beban (W) dan lengan beban (lB) sama dengan hasil kali gaya kuasa (F) dan lengan kuasa (lK).
Secara matematis dituliskan:
3. Perbandingan antara berat beban (W) dan gaya kuasa (F) sama dengan perbandingan antara lengan kuasa (lK) dan lengan beban disebut “Keuntungan Mekanik”.
Secara
matematik dituliskan:
Alat-alat
yang bekerja berdasarkan prinsip tuas antara lain:
1. Pengungkit jenis
pertama (titik tumpu di antara titik
beban dan titik kuasa).
Contoh: gunting, tang, jungkat-jungkit, dan
timbangan
2. Pengungkit jenis
kedua (titik beban di antara titik tumpu
dan titik kuasa).
Contoh: gerobak troli beroda satu, pembuka
tutup botol, alat pembolong kertas,
pemecah kemiri, dan pelubang kertas.
3. Pengungkit jenis
ketiga (titik kuasa di antara titik tumpu
dan titik beban).
Contoh: sekop, penjepit roti, pinset,
stapler, dan alat pacingan.
B. Bidang Miring.
Pada umumnya gedung bertingkat dilengkapi
dengan tangga darurat. Begitu juga dengan di rumah, sekolah, rumah sakit dan
bangunan lainnya juga mungkin terdapat tangga. Tangga tersebut dibuat dengan
sudut kemiringan tertentu.
Tangga yang disebutkan tersebut juga
merupakan pesawat sederhana dengan memanfaatkan keuntungan mekanik bidang miring.
Ketentuan
Bidang Miring.
1. Hasil bagi beban (W) dan gaya kuasa (F) sama dengan hasil bagi panjang panjang bidang miring (S) dan tinggi bidang miring (h).
Secara matematis dituliskan:
Dimana:
W = beban
F = gaya kuasa
S = panjang bidang miring
h = tinggi bidang miring
2. Semakin tinggi bidang
miring, gaya kuasanya semakin besar sehingga keuntungan mekanik semakin kecil.
Alat-alat
yang menggunakan prinsip bidang miring, antara lain; tangga, sekrup, baji,
gergaji, kapak, paku, pisau, dan jalan di pegunungan.
C. Katrol
Katrol merupakan pesawat sederhana berupa
roda yang sekelilingnya dapat dilalui tali atau rantai. Roda tersebut berputar
pada sumbu yang dipasang pada sebuah rangka. Katrol merubah gaya, dari gaya
angkat ke atas oleh tangan menjadi gaya tarik ke bawah oleh katrol.
Berdasarkan
kedudukannya, katrol dibagi menajadi 3 macam:
1. Katrol Tetap (titik tumpu di antara titik beban dan titik
kuasa).
2. Katrol Bebas / Bergerak
(titik beban di antara titik tumpu dan titik
kuasa).
3. Katrol Majemuk / Ganda (titik beban di antara titik tumpu dan titik
kuasa).
D. Roda Gigi atau Gir.
Gir adalah sepasang atau lebih roda
bergigi yang saling berhubungan yang berfungsi meneruskan gaya dan gerakan pada
sebuah mesin.
Jika kita perhatikan, pada sebuah sepeda
tersusun atas gir depan dan gir belakang. Gir depan lebih besar sehingga
jari-jarinya lebih panjang dan tentu memiliki putaran lebih lambat. Gir
belakang terdiri dari beberapa gir yang dapat dipindahkan, dengan ukuran lebih
kecil dan jari-jari lebih pendek sehingga putarannya lebih cepat. Perbedaan
kecepatan gir besar dan gir kecil menghasilkan perbedaan gaya yang lebih besar
melalui roda.
Dengan gaya yang lebih kecil yang
diberikan pada sepeda melalui pengayuh, akan didapatkan gaya yang lebih besar
pada roda belakang sepeda.
Seluruh pesawat sederhana tersebut
berfungsi untuk mengubah satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain. Menurut
hukum kekekalan energi, energi yang masuk sama dengan energi yang keluar.
Walaupun demikian, tidak seluruh energi yang keluar bisa dimanfaatkan.
Perbandingan antara energi keluaran (output) yang bermanfaat dengan energi
maukan (input) disebut efisiensi.